Senin, 29 Juni 2015

Legam

Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini ..benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk 
Namun semangat tak pernah pudar
memikul beban yang makin sarat
kau tetap setia .. 

(Sepenggal Musikalisasi puisi, Ebiet G Ade, -Ayah)


sehabis berkutat semalaman dengan Heat Exchanger buat UAS makul Pinch besok, tiba-tiba teringat saja dengan rumah magelang. Walau Tuhan menggariskan bahwasanya aku terlahir dalam keluarga yang tidak begitu mengenal apa arti kata "cukup", namun kata "Syukur" sudah cukup menggambarkan betapa aku beruntung memiliki keluarga yang penuh kasih sayang.
 Mungkin, aku tidak akan berada disini jika bukan karena dirimu. walaupun mungkin kamu bukan ayah yang secara biologis mewariskan bentuk muka yang sama persis, tapi kamu tetap menjadi ayahku, ayah masa mudaku menuju kedewasaan, ayah yang selalu sibuk namun tetap menyayangiku, ayah yang menggantikan posisi ayahku yang sudah tidak mungkin lagi ada disisiku, bahkan aku selalu merasakan bahwa aku lebih merasakan sosok"ayah"pada dirimu dibanding anak-anakmu sendiri.

Sedih, mendengar keluh kesahmu kemarin secara langsung ku dengar darimu. apa yang bisa ku buat, aku hanya mampu mendengar masalah tanpa memberi solusi. tapi percayalah, aku juga khawatir dengan keadaanmu. Aku disini hanya bisa berusaha sebaik mungkin, melupakan ego anak muda sesaat demi membawamu ke kehidupan yang pantas bahkan membalas budimu kelak. Bersabarlah lagi sedikit. Jika yang kau katakan ini merupakan cobaan terberat dalam hidupmu, maka aku adalah orang pertama yang akan tetap berada di pihakmu sampai kapanpun, walau aku bukan darah dagingmu..

Demi baktiku padamu, pamanku Edy Poernomo